Renungan Hati

Menjauhi Sifat Bohong

Bohong adalah sifat yang sangat tercela. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Malik, diceritakan bahwa Rasulullah Saw sama sekali tidak mentolerir perbuatan bohong oleh seorang Mukmin. Shafwan ibn Sulaim, berkata, pernah ditanyakan kepada Rasulullah: “Apakah ada orang mukmin yang penakut?” Nabi menjawab: “Ada!” Beliau ditanya lagi: “Apakah ada orang mukmin kikir?” Beliau mengatakan: ”Ada!”. Kemudian beliau ditanya lagi: “Apakah ada orang mukmin yang pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak ada!” (HR. Malik). Mkaus tidak ada di sini ada dua kemungkinan ; bisa jadi seorang mukmin sejati tidak akan pernah berkata bohong. Sementara makna kedua adalah bahwa seorang mukmin tidak dibenarkan berbohong.

Seorang muslim memang harus menjauhi segala macam bentuk kebohongan, baik dalam bentuk ucapan, sikap, perbuatan ataupun bentuk-bentuk kebohongan lainnya. Sekalipun penakut dan kikir itu dua sifat yang tercela, tetapi sepertinya Rasulullah masih “mentolerirnya” dibandingkan dengan kebohongan. Kebohongan dapat ditemukan dalam berbagai bentuk atau jenis, seperti berikut ini.

Salah satu bentuk kebohongan adalah ingkar janji. Dalam Al Qur’an, Allah sangat tegas mewajibkan manusia memenuhi janji yang pernah diucapkan. Makna sebaliknya adalah bahwa Allah mengharamkan setiap perilaku ingkar janji. “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu” (QS. al-Maidah/5: 1). Termasuk dalam pengertian aqad-aqad yang harus dipenuhi itu adalah semua perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya, baik dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat maupun bernegara.

Bentuk kebohongan lainnya adalah khianat. Sifat khianat adalah sejelek-jelek sifat bohong yang dimiliki seseorang. Mudharatnya langsung menimpa orang lain. Kalau sifat ini sudah meluas di tengah masyarakat pertanda masyarakat itu akan hancur. Allah tidak suka dan melarang orang-orang yang beriman berkhianat, apalagi kepada Allah dan RasulNya. Firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS. al-Anfal/8: 27).

Sifat bohong juga menjelma dalam bentuk kesaksian palsu. Kebohongan jenis ini mendatangkan kemudharatan besar bagi masyarakat. Orang yang tidak bersalah bisa terhukum berat, nyawa bisa melayang, harta benda bisa hilang, semua gara-gara kesaksian palsu. Kesaksian palsu termasuk salah satu dosa besar. Sifat ini tidak layak dimiliki oleh orang yang merasa diri sebagai ‘ibadurrahman: “Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu” (QS. al-Furqan/25: 27).

Kemudian bentuk kebohongan yang tak kalah seru dan paling sering ditemukan adalah fitnah. Fitnah mendatangkan mudharat yang besar bagi masyarakat, salah satunya untuk menjatuhkan nama baik orang lain. Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk tabayyun (menyelidiki kebenaran suatu berita) ketika menerima suatu berita: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatannyamu itu”.

Demikianlah, Islam mengajarkan kepada kita umatnya untuk selalu jujur dan menjauhi kebohongan. Jangan berbohong walau hanya sekali. Sekali berbohong, orang akan berbohong lagi yang kedua kalinya, ketiga kali dan seterusnya, untuk menutupi kebohongan yang pertamanya. Korupsi adalah salah satu bnetuk dari sifat bohong. Karenanya, mari kita berantas dengan menumbuhkan sifat jujur dalam seluruh aspek kehidupan kita.

Artikel Renungan Hati Lainnya : staincurup.ac.id

Back to top button
error: Content is protected !!